AYUNDARI VITRI ARIANTI NPM : 012.01.2560 SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

Sabtu, 09 Agustus 2014

ASKEP PNEUMONIA


MAKALAH RESPIRASI III
ASKEP PNEUMONIA






DI SUSUN OLEH KELOMPOK: 2 (DUA)
SEMESTER IV. D

1.     AYUNDARI VITRI ARIANTI                (06)
2.     BIRNA PRATAMA PANGESTU            (07)
3.     DIRGA PRATAMA KUSUMA                (10)
4.     ENDRA JAYADI SAPUTRA                   (13)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2014





KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Respirasi ini dengan judul “Askep Pneumonia”. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Respirasi III Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Mataram.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah mendukung        terselesaikannya makalah        ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

                                                                                    Mataram,  14 Maret 2014

                                                                                                Penyusun









DAFTAR ISI

COVER………………..……………………………………………………….….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….….iii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1.1        Latar Belakang …………………………………………………..........1
1.1.2        Rumusan Masalah ………………………………………………..…1-2
1.1.3        Tujuan Umum dan Khusus………..…………………...…...………....2
BAB II  PEMBAHASAN
A.       Pengertian ……………………………………………...………………...3
B.        Etiologi …………………………………………………………...…....3-4
C.        Manifestasi Klinis ………………………………………………………..4
D.       Anatomi Fisiologi ………………………………………………….…..4-6
E.        Patofisiologi …………….………………………………………...……7-9
F.         Pathway …………………………………...……………………………10
G.       Klasifikasi ….……………………………….........................................11
H.       Komplikasi ……………………………………………………………...11
I.          Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………..11
J.          Penatalaksanaan ………………………………………………………..12
K.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
                                          1.      Pengkajian ……………………………………………………...12-15
                                          2.      Diagnosa Keperawatan ……………………………………...…15-16
                                          3.      Intervensi ……………………………………………….………16-21
                                          4.      Evaluasi ……………………………………………………………22
BAB III  PENUTUP
            3.1 Kesimpulan ………………………………………………….................23
            3.2 Saran…………………………………………………………….............23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..24










BAB 1
PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG

            Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2011 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor-6  di         Indonesia.
            Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar), polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada bab     selanjutnya,

2.1        RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Pneumonia?
2.      Apa penyebab Pneumonia?
3.      Bagaimana proses terjadinya Pneumonia (patofisiologi)?
4.      Apa tanda dan gejala Pneumonia?
5.      Bagiamana penatalaksanaan medis Pneumonia?
6.      Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Pneumonia?
7.      Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Pneumonia?
8.      Bagiamana asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia?


3.1        TUJUAN UMUM

Memenuhi tugas kelompok di blok Respirasi III mengenai Infeksi Parenkim Paru “Pneumonia” yang diberikan oleh dosen pembimbing dan mengetahui konsep penyakit secara umum serta asuhan keperawatan yang tepat untuk penyakit ini.

4.1    TUJUAN KHUSUS

  1. Mengetahui pengertian Pneumonia
  2. Mengetahui penyebap Pneumonia
  3. Mengidentifikasi tanda dan gejala pneumonia
  4. Mengidentifikasi proses terjadinya pneumonia
  5. Mengetahui penatalakasanaan medis pneumonia
  6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumonia
  7. Mengetahui komplikasi Pneumonia
  8. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia
.














BAB II
PEMBAHASAN

A.          PENGERTIAN

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan. (wikipedia.com)

B.           ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1.      Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.  Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2.      Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus, chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3.      Organism mirip bakteri yaitu Micoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4.      Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

C.          MANIFESTASI KLINIS

Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri  dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi  atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus,   mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan

D.          ANATOMIN FISIOLOGI

Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri dari :
·        Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. 
  • Faring
Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan rongga mulut, dan di depan ruas tulang leher.
Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaput lendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening. Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar bila terjadi infeksi pada faring
·         Laring
Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana terdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan.

·         Trakea dan cabang-cabangnya  Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur  bronkus sama dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.
Asinus terdiri dari :
1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris
3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis.
·         Paru-paru
Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnya terdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua. Paru- paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap dua yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura




E.           PATOFISIOLOGI

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1)      Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. Setelah  masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih, sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa, virus syccytial  respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).
2)      Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung, mulut, dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung. Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih, menuju paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram. Istilah “atipikal”  digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut ”pneumococcus”  adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bukan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram. Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
3)      Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada  individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4)      Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini secara khas  memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah memasuki tubuh, mereka berjalan menuju paru-paru, biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain, kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel darah putih, eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit. Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii, Strongioides stercoralis dan Ascariasis.


F.           PATHWAY

 


























G.          KLASIFIKASI
   Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:
1.      Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan / makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.
2.      Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
3.      Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

H. KOMPLIKASI
A.    Gangguan pertukaran gas
B.     Obstruksi jalan napas
C.     Gagal pernapasan pleura effusion (bactery pneumonia)


I.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A.    Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses).
B.     Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
C.     Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
D.    Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
E.     Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
F.      Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
G.    Bronkoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.



J.   PENATALAKSANAAN
A.    Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia
B.     Bila kondisi berat harus di rawat
C.     Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena
D.    Antibiotic sesuai dengan program
E.     Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik



K.          ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A.          PENGKAJIAN
·        Biodata
A.    Identitas Klien, meliputi :
      1. Nama/Nama panggilan
      2. Tempat tgl lahir/usia
      3. Jenis kelamin
      4. A g a m a
      5. Pendidikan
      6. Alamat
      7. Tgl/jam masuk
      8. Tgl pengkajian
      9. Diagnosa medic
      10. Rencana terapi
·        Identitas Orang tua
A.    Ayah
B.     Ibu
·        Keluhan utama
-          sesak naps
·        Riwayat kesehatan
A.    Riwayat  Penyakit sekarang, tanyakan :
Ø  Apakah masih ada batuk, berapa lama
Ø  Apakah masih ada panas badan
Ø  Apakah nyeri dada kalau batuk
Ø  Apakah ada riak kalau batuk


B. Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :
Ø  Frekuensi ISPA
Ø  Riwauat Alergi
Ø  Kebiasaan merokok
Ø  Pengguaan obat-obatan
Ø  Imunisasi
C. Riwayat penyakit keturunan
D.  Riwayat Keluarga, tannyakan:
Ø  Apakah ada keluarga yang menderita batuk
Ø  Apakah ada keluarga yang  menderita alergi
Ø  Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru
D. Riwayat Lingkungan
Ø  Apakah rumah dekat dengan pabrik
Ø  Apakah banyak asap atau debu
Ø  Apakah ada keluarga yang merokok
E.   Riwayat pekerjaan, tanyakan :
Ø  Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap
Ø  Apakah bekerja di pabrik
Ø  Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.
F.   Pengkajian Fisik
1.      Ispeksi: 
·         Amati bentuk thorax
·         Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
·         Amati tipe pernapasan  : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot Bantu pernapasan
·         Tanda tanda reteraksi intercostalis, retraksi suprastenal
·         Gerakan dada
·         Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
·         Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
2.   Palpasi
·         Gerakan pernapasan
·         Raba apakah dinding dada panas
·         Kaji vocal premitus
·         Penurunan ekspansi dada
3.   Auskultasi
·         Adakah terdenganr stridor
·         Adakah terdengar wheezing
·         Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4.   Perkusi
·         Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
·         Hipersonor , adanya tahanan udara
·         Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
·         Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
·         Tympani, terisi udara.
G. Faktor Psikososial/Perkembangan
Ø  Usia, tingkat perkembangan.
Ø  Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
Ø  Koping
Ø  Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
Ø  Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
H. Pengetahuan Keluarga, Psikososial
Ø  Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
Ø  Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
Ø  Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Ø  Koping keluarga
Ø  Tingkat kecemasan
I.    Pemeriksaan Fisik
    1. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
B. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
C. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)

D. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)
E.   Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
F.   Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :  sputum: merah muda, berkarat. perpusi: pekak datar area yang konsolidasi, premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi. Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
G. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
H. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kroni
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

B.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
                        1.            Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
                        2.            Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
                        3.            Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
                        4.            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
                        5.            Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
                        6.            Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
                        7.            Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.


C.     INTERVENSI

A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:

·        Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
·        Bunyi nafas tak normal.
·        Dispnea, sianosis
·        Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan  : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
·        Batuk teratasi
·        Nafas normal
·        Bunyi nafas bersih
·        Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
·        Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.
·        Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional:  Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
·        Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
·        Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional:  Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
·        Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional:  Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
·        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional:  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
.
B. Dx 2 :  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:

·        Dispnea, sianosis
·        Takikardia
·        Gelisah/perubahan mental
·        Hipoksia
Tujuan   : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
·        Tidak nampak sianosis
·        Nafas normal
·        Tidak terjadi sesak
·        Tidak terjadi hipoksia
·        Klien tampak tenang
Intervensi
·        Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
·        Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
·        Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
·        Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
·        Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.


C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
·        Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
·        Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
·        Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
·        Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
·        Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
·        Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
·        Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.




D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:

·        Dispnea
·        Takikardia
·        Sianosis
Tujuan :  Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
·        Nafas normal
·        Sianosis tidak terjadi
·        Irama jantung normal
Intervensi
·        Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
·        Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
·        Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
·        Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:

·        Nyeri dada
·        Sakit kepala
·        Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1)      Nyeri dada teratasi
2)      Sakit kepala terkontrol
3)      Tampak tenang

Intervensi:
·        Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
·        Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
·        Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
·        Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan upaya batuk.
·        Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.


F.     Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi

 Tujuan: Nutrisi  tubuh dapat teratasi
 Kriteria hasil :
·        Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
·        Pasien mempertahankan meningkat BB
 Intervensi :
·        Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
·        Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
·        Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
·        Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.


G.    Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
·        Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
·        Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
·        Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
·        Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.
Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
·        Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
·        Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan





D. EVALUASI

·         Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
A.    Batuk teratasi
B.     Nafas normal
C.     Bunyi nafas bersih
D.    Tidak terjadi sianosis
E.     Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
§  Tidak nampak sianosis
§  Nafas normal
§  Tidak terjadi sesak
§  Tidak terjadi hipoksia
§  Klien tampak tenang
§  Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
Ø  Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
Ø  Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
§  Toleran terhadap  aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
Ø  Nafas normal
Ø  Sianosis tidak terjadi
Ø  Irama jantung normal
§  Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
Ø  Nyeri dada teratasi
Ø  Sakit kepala terkontrol
Ø  Tampak tenang
§  Nutrisi adekuat ditandai dengan :
Ø  Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Ø  Pasien mempertahankan meningkat BB.
§  Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.












BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang dapat menyerang setiap usia. Pneumonia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococus pneumoniae dengan tanda gejala yang akan muncul adalah demam, batuk, sesak napas, dan terkadang disertai dengan nyeri dada.
            Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien pneumonia dalah pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi oleh bakteri dan pemberian antipiretik untuk mengatasi suhu tubuh yang tinggi. Selain itu pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk melihat daerah paru yang terkena infeksi, dan mengetahui apakah ada komplikasi lain yang dapat disebapkan oleh penyakit ini.
            Asuhan keperawatan pasien pneumonia dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien. Selain itu pemeriksaan fisik juga penting untuk dilakukan sebelum memutuskan tindakan apa yang akan diberikan, karena pemeriksaanf fisik akan menjadi dasar perencanaan tindakan yang akan diberikan.

B.     SARAN

            Mengingat pneumonia adalah penyakit yang menyerang salah satu sistem vital tubuh yaitu sistem respirasi, maka penting untuk diberikan penanganan sesegera mungkin dna setepat mungkin untuk menghindari keadaan fatal pada pasien pneumonia. Pendidikan kesehatan juga penting untuk diberikan kepada pasien maupun keluarganya untuk menghindari komplikasi dan terulangnya kejadian yang sama.





DAFTAR PUSTAKA


  • KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.
  • Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
  • Prasetya, Danzka. Askep Pneumonia. (http://wildanprasetya.blog.com/
  • Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta
  • Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung
  • Luckmann’s Sorensen (1996),
  • Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta
  • Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta
  • Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.
  • Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
  • Medika. Jakarta.
  • Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
  • Salemba Medika. Jakarta.                                    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar